![]() |
Sumber:Dok.Pribadi |
“ Hitam kulit keriting rambut, aku Papua….
Biar nanti langit terbelah, aku Papua”
Coretan ini saya buat untuk mengenang kembali Franky Sailatua yang paling tidak telah mewasiatkan sesuatu yang berharga bagi keberlangsungan hidup kita orang asli Papua di atas tanah kita ini. Bagi saya lagu ini merupakan harta yang akan selalu menjadi bahan refleksi dan motivasi untuk tetap survive di tengah ketidakadilan dan kekerasan yang hampir setiap hari kita lihat, dengar dan alami. Tapi, siapaka Frengky Sailatua?
Franky Sailatua (nama lengkap: Franklin Hubert Sahilatua), lahir pada 16 Agustus 1953 di Surabaya. Ia memulai kariernya sebagai penyanyi bersama Gina di Surabaya sekitar tahun 1974. Saat itu nama duet mereka dikenal dengan Franky & Gina. Namun sayang kelompok duet ini hanya bertahan antara tahun 1972-1973. Ia (Franky) pernah bergabung bersama Gombloh dan Leo Kristi dalam kelompok Lemon Trees.
Dalam karier selanjutnya ia berduet dengan adik kandungnya Jean Maureen Sahilatua. Di tahun 1975 mereka menembus dunia rekaman dengan menggarap dua album sekaligus, lagu-lagunya seperti Kembalilah dan Senja Indah Di Pantai. Duo berdarah Maluku ini telah menghasilkan sekitar 15 album. Tema yang mereka suguhkan dari lagu-lagu mereka seperti alam, kehidupan, serta kritik social. Larik-larik lagunya yang cerdas dan lebih berpihak kepada kaum kelas bawah, kaum papa yang acapkali terpinggirkan mendapat simpati dan terus membekas di tengah khalayak hingga hari ini. Franky sendiri sebenarnya juga adalah aktivis politik dan HAM. Ia menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit Medika Jakarta Barat pada 20 April 2011 dalam usianya yang ke 57 tahun.
Apa Pesannya?
Lagu buah karya Franky Sahilatua (alm) yang di populerkan oleh Edo Kondologit di atas ini saya kira mengadung pesan-pesan khusus dan mendalam. Sehingga kita harus terus menerus merenungkan dan memaknainya dalam keseharian hidup kita. Lagu ini pesan terakhir dari Almarhum Frangky buat semua orang asli Papua bahwa “kamu harus bangga dengan identitasmu, pertahankan itu agar tak tergilas mode zaman”.
Dengan menciptakan lagu ini barangkali Franky dalam kaca matanya menilai bahwa identitas hidup kita orang asli Papua sedang luntur, sehingga ia ingin menyadarkan kita. Ia ingin menyampaikan bahwa tanah Papua yang dilihatnya sebagai “surga kecil di bumi” dan orang Papua yang merambut keriting dan berkulit hitam sebagai mutiara hitam dari timur yang berharga ini harus tetap eksis untuk memberikan warna tersendiri dalam NKRI tapi juga dunia. Ia juga mungkin mau bilang bahwa apa yang melekat pada diri kita adalah anugerah Tuhan yang harus dipertahankan keasliannya. Kemungkinan pesan yang lain adalah ajakan agar kita mencitai diri kita dengan tidak berusaha menjadi seperti orang lain.
Saya pikir lagu ini sangat penting buat kita orang Papua. Mengapa? Sebab; 1) lagu ini sebagai vitamin yang membangkitkan semangat juang dalam diri kita dalam upaya menegakkan harkat dan martabat kita manusia Papua di mata dunia. Hitam itu bukan gelap. Hitam itu bukan budak. Hitam itu bukan berarti bodoh, pemalas, kasar, dll. Seperti yang dipikir dan distigma orang lain untuk mengancurkan semangat juang kita. Ingat! Hitam itu manis dan berharga. Hitam itu bisa bangkit memimpin dan membangun dirinya sendiri. 2) lagu ini memberikan penyadaran buat kita agar kita benar-benar mewujudkan surga di tanah ini. Sebab dalam rahim surga banyak kekayaan berharga yang harus dikelolah dengan hikmat dan kasih. Di atas permukaan surga penindasan harus dihapuskan. Setiap air mata dan jeritan arus diakhiri. Perendahan terhadap harkat dan martabat manusia harus dimusnahkan. Ketidakadilan dalam hukum dan kebijakan ditumpas. Nilai-nilai kasih, keadilan dan perdamaian ditegakkan.
Selamat jalan Franky Sahilatua, terima kasih atas buah karyamu yang manis yang akan terus berkesan bagi kami Orang Asli Papua.
Oleh:Naftali Edowai
================================
Sumber:Facebook, Naftali Edowai
0 komentar:
Posting Komentar